Strategi Berpikir Fleksibel di Segala 'Cheese' (keadaan) : Mengulas Ebook "WHO MOVED MY CHEESE" karya Spencer Johnson


Who Moved My Cheese | Spencer Johnson, M.D. | Elex Media Komputindo | 130 halaman | ISBN 978-602-02-0197-9

Rating 5/5!

Hola, hola, guys. Untuk menyambut bulan kedua di tahun 2025 ini aku membaca Who Moved my Cheese? Siapa yang memindahkan kejuku? Hayo ada maling apa gimana ini konsepnya? Apa kejunya punya kaki makanya bisa pindah-pindah sendiri? Hihi bukan ya. Maaf lawakannya garing. Mohon di skip saja intronya. Biiiippp (ceritanya audio TV rusak).

Okey, buku yang aku baca ini adalah buku self improvement. Lagi dan lagi aku baca versi ebook dari Ipusnas. Bikin candu ya ternyata aplikasi pinjam meminjam yang satu ini. Ya bagus kecanduannya sama aplikasi pinjam meminjam buku, bukan duit. Eh gimana gimana? Mohon maaf yang ini juga tolong di skip saja ya. Biiiippp (lagi).

Kesanku saat sedang membaca buku ini, sampai tamat tidak berubah, aku jadi menamakan orang di sekelilingku dengan 4 nama perumpamaan. Sniff, Scury, Haw, & Hem. Aku ga manggil orang sekelilingku dengan 4 nama ini, nggak. Cuma menamakan di kepalaku aja, begitu melihat karakter mereka. Dan ini terjadi otomatis.

Singkatnya, buku yang tidak tebal ini berisi tentang arahan untuk bersikap lebih fleksibel dalam menghadapi apapun. Yang aku sangat suka, penulis tidak menggurui, ia menuliskan apa yang ingin disampaikan dengan perumpamaan. 2 tikus bernama Sniff & Scury. Dan 2 kurcaci bernama Haw & Hem. Kisah keempatnya lah yang menggiring kita untuk mencapai point yang ingin dituju penulis.

Aku suka dengan penyampaian kalimatnya yang sangat easy going. Bisa dinikmati dengan nyaman, jadi pesan yang diangkat tersampaikan dengan baik ke pembaca.

Ada kalimat yang aku suka di halaman 93. Saat Haw berhasil memaksa dirinya berjalan ke labirin meninggalkan Station C, yang dulu ia & Hem yakini hanya di Station itu ada Cheese, bahkan hingga fakta mengatakan Cheese di Station C sudah habis Haw & Hem masih memercayai Cheese di sana masih ada dan akan terus ada (kata khayalan mereka). 

Sampai mereka kelaparan karena nggak memakan sepotong Cheese pun, Cheese di Station C tetap tidak tumbuh lagi seperti apa yang terus mereka yakini. Haw merasa ia harus mengganjal isi perutnya yang sudah berhari-hari tidak memakan apapun. Awalnya ia takut tetapi ia selalu ingat perutnya lapar harus segera diisi, jadi ia terus berjalan maju mencari dimana pun Cheese lainnya berada. Ya intinya scene yang itulah ya, panjang juga ternyata penjabarannya wkwk. Isi kalimat yang aku suka begini ...

Lantas apa yang membuatnya berubah? Bukankah takut kelaparan sampai mati? Haw tersenyum saat ia berpikir bahwa hal semacam itu bisa menjadikannya pemicu.

Ia me­nyadari cara tercepat untuk ber­ubah adalah menertawakan kebodohan diri sendiri—setelah itu kita bisa bergerak dan terus bergerak.

Memang ya, buku self improvement tuh ladangnya quotes bagus. Emang ga salah kalo lagi butuh asupan baca bacaan yang berisi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Benarkah Reinkarnasi itu Nyata? : Mengulas Buku "CINTA DUA DIMENSI" karya Haning Arum & Sunarto

Siapkan Tissue, Mari Menggalau Bersama : Mengulas Buku "SENJA, HUJAN, & CERITA YANG TELAH USAI" karya Boy Candra

Motel yang Terkena Sial karena Kedatangan Pembunuh : Kdrama "THE FROG"