Mengulas Ebook "PROGRESNYA BERAPA PERSEN?" karya Soraya Nasution
Progresnya Berapa Persen? | Soraya Nasution | PT. Elex Media Komputindo | 2019 | 372 halaman
Rating 5/5!⭐ (Ini seruuuuu bangeeeetttt!)
Gawat, orang-orang yang liat aku baca novel ini pasti nyangka aku lagi kasmaran. Atau malah ... disangka orang gila? Karena senyum-senyum sendiri terus! Please, bukan keduanya yaaa. Habis gimana ya, mau nahan buat ga senyum-senyum susah! Kelewat lucu novelnya!
Buat kamu yang lagi nyari novel romance comedy tetapi selera comedynya oke punya, sumpah ini rekomen banget! Beneran. Tersedia di Ipusnas, jadi yang penasaran mau baca cus buka aplikasinya. Ah enaknya tinggal di zaman sekarang, bisa minjam buku perpus via online. Yaaa meski tetap ada plus minusnya.
Novel ini membahas seputar dunia pekerjaan. Dunia yang terkadang bikin engap jiwa, emosi, gemes greget kesel, takut, deg-degan, bahagia, penuh canda tawa, saling meledek, kebersamaan yang hangat, dan masih banyak lagi. Semua perasaan campur aduk ini digambarkan dengan sangat jelas di novel Progresnya Berapa Persen. Didukung dengan pemilihan kalimat yang santai, mudah dimengerti, enak dibaca, dan juga mengalir.
Pekerjaan yang dibahas dalam novel ini adalah kontruksi. Dengan 1 nama manajer teknik yang akan sering kalian temui di setiap partnya, yaitu Pakde (julukan dari karyawan). Pakde itu singkatan dari Pak Dewangga.
Biasanya, kalau karyawan udah berinisiatif bikin nama singkatan begini berarti ada sesuatu sama bosnya, ya kan?
Betul!
Pak Dewangga memiliki karakter tegas, bijak, berwibawa, kaku, pelit senyum, susah diajak bercanda, pokoknya ekspresi mukanya selalu datar. Sebenarnya ga ada yang aneh dari karakter bos yang kaya gini, toh banyak juga kok bos di tempat kerja lain yg punya karakter serupa. Ada yg berpikir demikian? Okey, tapi Pak Dewangga punya beberapa ciri khas. Apa aja, Fath?
Dia selalu pakai baju kemeja dengan warna yang sama. Putih, hitam, abu-abu, batik. Mungkin kemeja di lemarinya ada banyak tapi warnanya cuma 3 itu. Sampai semua karyawan hafal jadwal pakaian Pak Dewangga setiap harinya! Senin pakai warna apa, Selasa apa, dan seterusnya. Kecuali hari Kamis. Cuma di hari ini warna kemeja Pak Dewangga berganti-ganti.
Nah, pergantian warna kemeja inilah yang menjadi pusat perhatian para karyawan. Setiap hari Rabu mereka berlomba-lomba menebak warna kemeja apa yang akan dipakai Pak Dewangga besok. Yang menebak benar akan ditraktir makan karyawan yang salah menebak.
Terus, Pak Dewangga juga punya kalimat jitu yang menandakan itu beliau banget. Apa tuch?
"Progresnya berapa persen?" Setiap Pak Dewangga udah ngeluarin jargon andalannya para staf langsung mutar bola mata malas. Masalahnya, pertanyaan ini seriiiing banget terlontar. Saking seringnya sampe jadi judul novel.😆
Ngga cuma bahas soal kerja, di novel ini disisipkan kisah proses PDKT yang menurutku ... Sebenarnya cerita model begini sudah sangat klise tetapi karena pembawaannya yang ngalir banget, cerita klise pun bisa jadi kisah yang maniiis banget.
Part terlucu yang menjadi favoritku ada di halaman 150, saat April dan Hebringers kondangan ke nikahan kakaknya Pak Dewangga. Saat April sendirian, Naufal & Clinton mengobrol dengan temannya sambil merokok di luar, Dewangga nyamperin April sambil bawa keponakannya, Mario. Singkat cerita, April yang ga bisa nahan gemas ngeliat ponakannya Pak Dewangga, dia minta tolong fotoin dia berdua sama Mario. Karena udah minta tolong fotoin sama atasan, April basa-basi nawarin balik, Pak Dewangga mau ga difotoin sama ponakannya (berasa durhaka aja kalo ga nawarin balik, takut disangka bawahan ngeloncong berani nyuruh), tapi ternyata Pak Dewangga malah ngajakin Selfi bertiga.
Yang ternyata, Naufal & Clinton ngeliat. Mereka langsung motoin dari jauh terus di-share di grup Hebringers. Masih ingat singkatan Pak Dewangga? Yups, Pakde. Saat itu juga mereka ngeledekin April Bude.
Overall, novel ini sangat-sangat rekomendasi dibaca khususnya buat pecinta cerita lucu. Banyak lawakan ngakak yang bikin siapapun senyum-senyum sendiri. Point plus untuk sampul novelnya yang unik, iya ga sih? Ga pasaran tapi enak banget dipandang. Dan, meski cerita di novel ini sudah klise (dari kisah percintaannya, perjuangan hidup April tanpa sosok ayah, kekompakan the Hebringers) tapi novel ini selalu seru untuk dibaca ulang. Belum baca novel ini? Cus buka Ipusnas, aku rekomendasiin banget, seruuu!
Komentar
Posting Komentar