Menyaksikan Orang Tersayang Dibunuh di Depan Mata : Mengulas Buku "LABIRIN TAKDIR" karya Dhelcha
Sampul novel Labirin Takdir
Halo, semuanya. Mengulas kali ini aku akan membahas novel dari penerbit indie lagi. Masih dari penerbit yang sama seperti buku-buku yang kuulas sebelumnya, Sarasayu Samudro Publishing atau SS Publishing. Novel kali ini genre romance, cerita cinta anak SMA.
Aku penasaran dengan judulnya yang terkesan agak 'serius', apalagi covernya dibuat tegas bukan seperti cerita anak SMA yang biasanya bersampul manis, pinky atau pilihan warna soft lainnya, ilustrasi cowok cewek (sudah semacam template, umum sekali cerita genre ini memakai ilustrasi demikian), dilengkapi font font gemoy di judulnya. Apa ceritanya juga setegas sampulnya? Yuk kita ulas.
Novel ini bercerita tentang Tellyvia gadis berdarah Denmark-Indonesia yang memiliki trauma berat di masa lalu. Semua ketakutannya ia emban sendiri, membuat orang-orang berpikir gadis yang tiba-tiba pindah ke Indonesia ini memiliki banyak kejutan di hidupnya (tentunya bukan kejutan baik). Terlebih saat ia bertemu Arland, Cavin yakin 100% laki-laki ini lah penyebab segala trauma Tellyvia. Terbukti dari raut muka Tellyvia yang selalu pucat pasi saat berhadapan dengan laki-laki yang juga berdarah Denmark-Indonesia itu.
Okey, seperti biasa aku ga akan spoiler terlalu jauh. Cuma inti-intinya aja.
Menurutku novel ini termasuk novel dengan alur yang ringan. Point plus plus plus untuk diksi di setiap pembukaan scene baru, cakep & rapi. Penulis kelihatan mahir mendeskripsikan cuaca dan suasana hati. Tetapi, ada beberapa hal yang membuatku agak terganggu. Seperti kalimat di percakapan yang terkadang ditulis baku, biasa, dan perpaduan keduanya.
Awalnya kukira kata 'saya' yang membuat dialognya menjadi kaku, tapi ternyata bukan, memang dialognya ditulis secara kaku dan baku. Mungkin penulis sengaja, tetapi karena novel ini mengangkat cerita cinta anak SMA menurutku akan lebih enak kalau ditulis dengan realistis.
Anak muda zaman sekarang kan bahasanya santai-santai, pakai juga kalimat yang santai. Percakapan sehari-hari kalau bisa, biar pembaca lebih enak masuk ke dalam ceritanya. Ngga harus pakai Lo gue, cukup pilih kalimat yang enak aja untuk percakapan.
Di beberapa scene aku nemu kalimat di dialog lebih baku dari kalimat pengantar di setiap paragraf. Mungkin sah-sah saja kalau penulis maunya begini, barang kali ini gaya khas penulis, kan? Tetapi di aku kurang, bacanya kurang enak.
Terus juga soal penekanan trauma tokoh utama yang terlalu sering diucap. Sebelum kisah traumanya diungkap penulis benar-benar sering menegaskan soal ketakutan si tokoh utama, sampe aku merasa kayaknya agak too much kalau diungkit-ungkit terus. Kalau ini adalah perlombaan yang jumlah kalimatnya dibatasi, aku sangat maklum, bisa jadi tidak ada pilihan lain selain berputar-putar menceritakan area yang sama karena kalau menambahkan hal lain selain inti cerita terkesan hanya buang-buang waktu. Tetapi kalau bukan ... sepertinya menambahkan adegan basa-basi juga perlu.
Terakhir, ada beberapa scene yang ditulis sangat cepat. Belum sempat masuk ke ceritanya tetapi sudah bersambung berganti ke scene selanjutnya. Ini aku temukan di awal-awal, sebelum Tellyvia membalas perasaan Cavin. Setelah keduanya berpacaran barulah cerita ditulis santai dan aku baru bisa masuk ke setiap scene. Di sini aku notice kalimat di dialog mulai mengendur, ngga sebaku sebelumnya.
Berikut spesifikasi novel
Judul : Labirin Takdir
Penulis : Dhelcha
Penerbit : Sarasayu Samudro Publishing House
Tebal halaman : 216 halaman
ISBN : 978-623-92399-5-4
Blurb :
Hidup seperti labirin, itulah yang dialami Tellyvia. Lika-liku hidup yang dialaminya, seperti sebuah teka-teki dalam memecahkan labirin. Demi menemukan kebahagiaan dan takdir yang sesungguhnya, dia harus berjalan dalam labirin yang rumit dan menemukan pintunya. Begitulah hidup, banyak kisah tak terduga di dalamnya. Lantas, bagaimanakah kisah Tellyvia dalam mengarungi hidupnya? Bagaimanakah gadis itu menyelesaikan labirin dari takdirnya?
Komentar
Posting Komentar