Penulis Hebat yang Menjual Buku Bajakan? : Mengulas Ebook "SELAMAT TINGGAL" karya Tere Liye
Sampul novel Selamat Tinggal, sumber : Google
Ini novel pertama karya Tere Liye yang aku baca. Bacanya bukan secara fisik, melalui Ebook di Google Play Book. Kesan pertama, aku terenyuh. Pesan di buku ini sangat kuat sekaligus memelekkan mata. Mungkin kita sadar tentang point 'kesalahan' yang ditulis Tere Liye di buku ini, tetapi (mungkin) hanya beberapa hal saja. Yang tanpa kita sadari hampir semua hal bisa jadi adalah sebuah kesalahan yg disengaja orang lain dan kita turut menikmati kesalahan tersebut. :')
Aku akan merangkum isi novel ini secara sederhana saja, hanya inti-intinya. Ngga mau terlalu spoiler. Meski menurut sebagian orang mungkin ulasan aku ini sudah termasuk spoiler haha.
Novel Selamat Tinggal bercerita tentang mahasiswa abadi bernama Sintong Tinggal yang bekerja di sebuah toko buku milik Pakliknya sendiri, bukan toko buku biasa buku-buku yang dijual di sana adalah buku bajakan.
Bukan maunya bekerja di tempat seperti ini. Apalagi Sintong adalah seorang penulis, beberapa karyanya sudah dimuat di koran nasional, ia jelas tau tidak seharusnya menyebarluaskan buku kopian dengan kualitas buruk, dijual dengan harga yg sangat berbeda jauh dengan harga buku aslinya. Manusia mana yang tidak tergiur dengan barang murah? Apalagi aplikasi belanja online sedang marak-maraknya, pengusaha mana yang matanya tidak hijau melihat kesempatan emas ini?
Tetapi karena Pakliknya sudah banyak berjasa, membiayai kuliah, membayarkan kost-an, memberikan uang sangu untuk biaya hidup di Jakarta, akhirnya Sintong tidak punya pilihan selain terpaksa ikut bekerja. Hitung-hitung berterima kasih.
Karena aku membaca di ebook, jumlah halaman ada 503 lembar, kalau versi buku menurut info Google jumlahnya hanya 300-an halaman. Di versi e-book pun masih banyak ketikan typo tetapi tidak parah, hanya sekata saja typonya. Sempat terpikir, apa ini versi coret-coretan Tere Liye, ya? Tetapi dijual? Entahlah.
Sepanjang cerita, novel ini ngga cuma menceritakan soal buku-buku bajakan, ada juga soal percintaan Sintong di masa lalu dan masa sekarang, ada juga pembahasan soal kuliah.
Di awal aku bilang Sintong ini mahasiswa abadi, yup, dia kuliah bertahun-tahun ga lulus-lulus karena skripsinya mandek alias ga pernah dikerjain. Tetapi, suatu saat ia kembali menggarap skripsinya dari awal dan melakukan riset yang luar biasa. Di sini kita diajak untuk melihat perjuangan Sintong menamatkan kuliahnya. Dan ini menjadi salah satu topik kesukaan aku.
Aku suka scene yang membahas soal Indonesia membayar hutang Belanda agar negara kita bisa merdeka. Katanya itu satu-satunya cara agar kita bisa merdeka, tetapi menurut penulis besar yang Sintong sedang kumpulkan fakta-faktanya untuk bahan skripsi, ini bukanlah merdeka tetapi ini pembodohan. Pembahasan ini ada di halaman 192.
Aku jadi bertanya-tanya, ini hanya cerita fiksi atau dulu Indonesia benar seperti ini? Haha jadi ketauan banget ilmu pengetahuanku rendah yah karena mempertanyakan ini. Tapi bagus, aku jadi searching sejarah setelahnya.
Selain topik itu, aku juga suka dengan scene mahasiswa yang ingin membeli kamus bahasa Inggris-Indonesia & Indonesia-Inggris tetapi nawar. Yang bikin aku suka adalah kalimatnya yang menohok. Begini ...
Kamus Bahasa Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia adalah salah satu buku paling banyak dijual oleh toko buku bajakan. Puluhan tahun terakhir, boleh jadi ada puluhan juta buku bajakannya terjual. Itu ironis, karena pengarangnya, Hassan Shadily dan John M. Echols, seharusnya menjadi salah-dua penulis terkaya di negeri ini. Nyatanya tidak. Jutaan orang mencuri haknya, dan jika diingatkan baik-baik, mereka menjawab santai, "Ah, penulis itu harus ikhlas, besok di akhirat dibalas pahalanya. Kalau tidak bisa ikhlas tidak usah jadi penulis."
Sedih? Pasti. Itu yang berkali-kali di-sounding oleh Tere Liye. Menulis itu butuh tenaga, pikiran, dan keterampilan. Tetapi di saat hak karya kita dicuri orang lain, banyak orang menganggapnya sepele, seakan ini bukanlah hal yang perlu ditindaklanjuti. Padahal, betul kata bang Tere, yang ngebajak yang kaya, dapat duit, laris manis, pun bahagia karena sudah menikmati kreativitas penulis. Sementara pencipta tulisan itu sendiri? Ngga dapat apa-apa, selain namanya yg semakin terkenal.
Tetapi tetap, kalau ia menerbitkan buku lagi mungkin banyak fansnya yang lebih memilih beli buku dengan harga murah dan kualitas seadanya yg penting bisa terbaca daripada beli versi penerbit aslinya. Jadi, penulis dapat apa selain hikmahnya? :')
Novel ini aku kasih bintang 5 dari 5. Tertampar kali aku Bang!
Berikut spesifikasi novel Selamat Tinggal :
Judul : Selamat Tinggal
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal halaman : 503 halaman
Komentar
Posting Komentar