Holiday Berakhir Mengenaskan : Movie "THE CABIN IN THE WOODS"
Poster film The Cabin in the Woods, sumber : Pinterest
Zaman sekarang apa-apa serba canggih berteknologi, apa-apa bisa dirancang sedemikian rupa biar bisa mirip aslinya dan semua ini pasti buatan manusia. Pernah kebayang ngga kalo kalian lagi berkunjung ke hutan, sekilas penampakan semuanya seperti hutan pada umumnya.
Pohon-pohon lebat dan rindang, di kelilingi semak belukar, banyak hewan liar, dll. Tetapi, gimana kalo aku bilang kalau hutan yang kalian kunjungi itu ternyata bukan hutan sungguhan? Di balik setiap pohon besar yang berdiri kokoh ada aliran listrik juga terselip cctv di antara dedaunannya. Dan bayangin kalo hutan itu ternyata bukan hutan umum, melainkan hutan buatan di bawah naungan perusahaan. Yang mana hutan ini private, bisa dikunci sewaktu-waktu bisa juga dijadikan umum.
Nah itu juga yang terjadi di film yang akan kita bahas ini. The Cabin in the Woods.
Bercerita tentang muda-mudi yang hendak merencanakan liburan bersama, mereka memutuskan untuk menginap di vila yang berada di tengah hutan. Mereka sudah menyusun rencana akan menempati vila milik salah satu saudara (dari muda mudi yang ikut liburan) agar tidak perlu mengeluarkan biaya lebih.
Di tengah jalan, mobil mereka kehabisan bensin kebetulan ada 1 pondok tua terpencil, yang menjual bensin. Mereka turun dan mengisi bensin di sana. Mereka sempat bertanya kemana arah hutan dan dimana alamat vila yang akan mereka singgahi. Kakek pemilik pondok tua menjelaskan dengan sangat baik alamat vila mereka. Yang mana vila itu sebenarnya bukanlah vila yang mereka cari.
Sesampainya di vila, mereka mengadakan party kecil kecilan di ruang tamu. Makan-makan, minum, bercanda tawa, dan yang berpacaran tentu saja melaksanakan aksi liarnya (film ini 18+ ya).
Tanpa mereka sadari, semua gerak-gerik mereka sedang dipantau oleh monitor berukuran besar milik perusahaan. Mereka sengaja mencari mangsa, tujuannya untuk mendapatkan darah segar yang harus mereka kumpulkan untuk peliharaan perusahaan di bawah sana.
Di malam itu kejadian-kejadian mengerikan mulai bermunculan, sehingga liburan bukanlah seperti yang mereka harapkan. Berawal dari adanya sosok hantu yang membunuh salah satu teman mereka yang sedang berpacaran hot di hutan, lalu hantu-hantu yang lain menyerang vila secara brutal. Hingga dinding vila yang memang hanya terbuat dari kayu hancur parah. Mau tak mau mereka berlari ke luar vila dan di sana banyak sekali hantu lainnya yang juga sama-sama mengerikannya.
Karena mereka di bawah pengawasan, mereka tidak bisa lari kemana-mana. Saat berusaha kabur dengan mobil, jembatan yang semula tersedia untuk mengantarkan mereka ke sana tiba-tiba hilang, dinding hutan pun seakan terkunci jadi mereka tidak bisa keluar.
Lambat laun salah satu dari mereka sadar kalau semua yang menimpa mereka bukanlah hal mistis melainkan buatan. Dan mereka sadar semua makhluk yang ada di sana pun semuanya di bawah kendali. Meski hanya sedikit yang berhasil hidup sampai akhir, mereka bisa memecahkan misteri dalam hutan itu dan berhasil menemukan perusahaan pengelolanya.
Ada yang sudah nonton film ini? Sekilas aku agak dejavu sama The Maze Runner, meski beda tapi sekilas mereka punya kesamaan. Ada segelintir orang berdasi yang sangat tega di balik penderitaan manusia lainnya. Dan endingnya para manusia yang sudah disiksa berhasil menemukan perusahaan bengis itu dan mereka berhasil melukainya. Bedanya, kalo di Maze Runner setelah luka-luka mereka hidup lagi malah CEO nya langsung ngumumin akan ada part 2😂. Sedangkan kalau film ini endingnya muda-mudi yang berhasil selamat mendorong CEO perusahaan ke hewan peliharaan di bawah sana sebagai tambahan darah. Karena ga semua muda-mudi itu mati jadi persediaan darah masih kurang.
Film ini aku beri bintang 3 dari 5. Alur ceritanya bagus, menegangkan. Tetapi, ilustrasi hewan dan makhluk halus yang keluar dari kubus (saat mau melukai para manusia berdasi yang kerjanya mantau depan monitor doang) kurang mulus, ketara banget editan. Padahal yang versi di hutannya sangat sangat bagus.
Komentar
Posting Komentar